Minggu, 26 Juni 2011



Aplikasi Momentum dan Impuls Pada Karate
Pada bela diri karate tidak lepas dari prinsip momentum dan impuls. Momentum sebuah partikel dapat dipandang sebagai ukuran kesulitan untuk mendiamkan benda. Momentum adalah besaran vektor sehingga selain selain memperhitungkan besarnya juga memperhitungkan arahnya. Selengkapnya...



Fisika SMA
Pendidikan

Pembiasan Cahaya Pada Lensa Cembung

Senin, 20 Juni 2011

Pengertian, Prinsip dan Peran E-learning dalam Pendidikan

E-learning merupakan kegiatan yang merujuk pada penggunaan teknologi informasi dan teknologi pada pengajaran dan pembelajaran. E-learning meliputi pembelajaran online, pembelajaran virtual, pembelajaran terdistribusi, dan pembelajaran berbasis web dan jaringan.

Berikut adalah empat model e-learning menurut Som Naidu ( 2003), sebagai berikut :
1.Individualized self-paced e-learning online/e-learning online secara individual
Pembelajaran ini  merujuk pada situasi dari seorang pembelajar yang secara individual mengakses sumber belajar, seperti data base atau konten materi online melalui internet atau intranet.
2.Individualized self-paced e-learning offline/e-learning offline secara individual
Pembelajaran ini  merujuk pada situasi dari seorang pembelajar yang secara individual mengakses sumber belajar, seperti data base atau paket pembelajaran berbantuan komputer secara offline, seperti belajar menggunakan CD atau DVD.

3.Group based e-learning synchronously/e-learning berbasis kelompok secara serentak.
Pembelajaran ini  merujuk pada situasi dari sekelompok pembelajar yang belajar secara serentak (dalam waktu bersamaan) melalui internet atau intranet.  Kegiatan ini meliputi konferensi berbasis teks, audio, atau video.
4.Group based e-learning asynchronously/e-learning berbasis kelompok secara tak serentak.

Pembelajaran ini  merujuk pada situasi dari sekelompok pembelajar yang belajar tidak pada waktu yang bersamaan. Misalnya, diskusi online melalui mailing list atau konferensi berbasis teks dengan sistem manajemen pembelajaran (learning managements systems).

Hampir sama dengan dikemukakan Khoe Yao Tung (2000), yang membedakan ada 4 konfigurasi dalam penggunaan teknologi distance learning, yaitu Same Time Same Place (STSP), Same Time Different Place Instruction (STDP), Different Time Same Place Instruction (DTSP), dan Different Time Different Place Instruction (DTDP). Semua teknologi tersebut akan terus berkembang menjadi makin bersahabat (lebih bersifat pribadi dan fleksibel) bagi penggunanya dan seringkali dilakukan kombinasi satu sama lain.

Virtual classroom merupakan salah satu implementasi dari e-learning, dapat didefinisikan sebagai ruang kelas maya tempat interaksi belajar mengajar dengan bantuan komputer dan multimedia. Kelas maya ini seharusnya tidak jauh berbeda dengan kelas konvensional dalam hal proses belajar mengajarnya, yaitu adanya interaksi guru dan siswa. Bedanya dalam virtual classroom menggunakan perangkat-perangkat digital sebagai pengganti fasilitas-fasilitas yang digunakan dalam kelas konvensional.

Berdasar riset yang dilakukan oleh Richard Mayer di Universitas Kalifornia, Ruth Clark (2002), mengajukan enam prinsip yang dapat dijadikan panduan untuk mengembangkan e-learning, yaitu :
1.Prinsip multimedia
Penggunaan grafik yang tepat sesuai dengan teks dan tujuan pembelajaran dapat meningkatkan pembelajaran. Misalnya untuk menampilkan sebuah proses penyebaran virus lebih efektif menggunakan animasi daripada grafik yang statis.
2.Prinsip hubungan
Penempatan teks harus berdekatan dengan grafik. Untuk teks yang banyak, diatur sedemikian rupa sehingga antara teks dan grafik tidak terpisah (misalnya menggunakan kombinasi scrolling yang tepat). Penggunaan teks yang panjang sehingga ilustrasi jauh dibawahnya akan menyulitkan penggunanya.
3.Prinsip modalitas
Penggunaan audio dapat meningkatkan pembelajaran terutama untuk menjelaskan suatu animasi atau visualisasi dari materi yang komplek dan  tidak familiar.
4.Prinsip redundansi
Penjelasan grafik melalui audio dan teks yang berlebihan dapat merugikan pembelajaran. Misalnya suatu grafik cukup dilengkapi dengan teks. Pemberian narasi bisa mengganggu kenyamanan pengguna saat mengamati grafik tersebut.
5.Prinsip koherensi
Penggunaan tampilan visual, teks dan sound yang tidak tepat dapat merugikan pembelajaran.
6.Prinsip personalisasi
Penggunaan bahasa sehari-hari dan nara sumber lain dapat meningkatkan pembelajaran. Misalnya suatu CD pembelajaran akan lebih menarik jika digunakan bahasa keseharian dan diiringi dengan narasi dari nara sumber.

E-learning  ini harus mampu menyajikan pengalaman belajar yang bermakna melalui pemanfaatan teknologi dan informasi yang intensif. Seperti dikemukakan oleh Paulina Panen (2005), bahwa  e-learning  mampu untuk :
  1. Menfasilitasi  komunikasi dan interaksi antar siswa dengan tenaga pengajar dan nara sumber ahli
  2. Meningkatkan kolaborasi antar siswa untuk membentuk komunitas belajar
  3. Mendorong siswa untuk secara mandiri mencari sumber belajar dan mencapai makna
  4. Memberikan umpan balik lintas ruang dan waktu
  5. Memberikan akses kepada beragam sumber belajar

Referensi
1. Clark, Ruth. 2002. Six Principles of Effective E-learning : What Works and Why. Learning Solutions e-Magazine. Edisi : September 10, 2002.
2. Khoe Yao Tung. 2000. Pendidikan dan Riset di Internet. Jakarta : Dinastindo
3. Naidu, Som. 2003. E-learning : A Guidebook of Principles, Procedures and Practises. India : Commonwealth Educational Media Center for Asia (CEMCA)
4. Panen, Paulina. 2005. Pengembangan E-learning : Antara Mitos dan Kenyataan. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Teknologi Pembelajaran ”Teknologi Pendidikan Menuju Masyarakat Belajar” . Jakarta, 5 – 6 Desember 2005.
  

Kamis, 02 Juni 2011

Soal dan Solusi Olimpiade Fisika Internasional Tahun 2010 - 2019

IPhO XLI (Zagreb, Croatia 2010)

Theoretical exam:
Problem 1: text, answer sheet, solution
Problem 2: text, answer sheet, solution
Problem 3: text, answer sheet, solution
Experimental exam:
Problem 1: text, answer sheet, solution 
Problem 2: text, answer sheet, solution 

IPhO XLII (Bangkok, Thailand 2011)


IPhO XLIII (Tartu and Tallinn, Estonia 2012)
IPhO XLIV (TBD, Denmark 2013)
IPhO XLV (TBD

Soal dan Solusi Olimpiade Fisika Internasional Tahun 2000 - 2009


IPhO 2000 (XXXI Leicester, Great Britain)
 
Theoretical Question 1 Problem (html)
Theoretical Question 2 Problem (html)
Theoretical Question 3 Problem (html)
Theoretical Question 1 Problem (html)
Theoretical Question 2 Problem (html)
  Practical.pdf



Theoretical Question 1 Solution (jpg's) Theoretical Question 2 Solution (jpg's) Theoretical Question 3 Solution (jpg's)
Figure1

Soal dan Solusi Olimpiade Fisika Internasional Tahun 1990 - 1999

IPhO 1990 (XXI Groningen, The Netherlands)
Problems and Solutions (pdf)
IPhO 1991 (XXII Havana, Cuba)
Problems and Solutions (pdf) 
IPhO 1992 (XXIII Helsinki-Espoo, Finland) Theoretical Question 1 Problem and Solution (pdf)
Theoretical Question 2 Problem and Solution (pdf)
Theoretical Question 3 Problem and Solution (pdf)
Experimental Question 1 Problem and Solution (pdf)
Experimental

Soal dan Solusi Olimpiade Fisika Internasional Tahun 1978 - 1989

Melanjutkan posting sebelumnya tentang Soal dan Solusi Olimpiade Fisika Internasional Tahun 1967 - 1977, pada kesempatan kali ini kita akan melihat soal - soal dan solusi olimpiade fisika internasional dari tahun 1978 sampai dengan tahun 1989.
Pada tahun 1978 IPhO tidak diselenggarakan, IPhO diselenggarakan kembali tahun berikutnya yaitu tahun 1979 (IPhO XI)
IPhO 1979 (XI Moscow, Soviet Union)

Soal dan Solusi Olimpiade Fisika Internasional Tahun 1967 - 1977

Olimpiade Fisika Internasional atau dalam Bahasa Inggrisnya adalah International Physics Olympiad (IPhO) adalah sebuah kompetisi fisika tingkat internasional untuk siswa - siswi SMA. IPhO pertama kali diselenggarakan di Warsawa, Polandia pada tahun 1967.

Berikut adalah soal - soal dan solusi IPhO dari tahun 1967 (IPhO ke-1) sampai tahun 1977 (IPho ke-10)
IPhO 1967 (I Warsaw, Poland)
Problems