Beberapa waktu lalu yang sudah lama saya sms an dengan teman lama waktu kuliah di Universitas Negeri Semarang. Namanya Untung Sutejo, S.Pd, sekarang menjadi Staf Pengajar Fisika di SMAN 1 Bantarbolang Pemalang. Beliau mengirimkan artikel dengan judul tersebut. inilah artikelnya, silakan untuk dikomentari.
Tanggal 21 Juli 2009, kita memperingati Peristiwa yang Luar Biasa yang berhubungan dengan syariat dan sains. Untuk kembali menggali lebih dalam lagi fungsi sains dalam hukum alam, khususnya dalam hubungannya dengan peristiwa yang luar biasa yaitu Isro Miroj Nabi Muhammad SAW. Ada hal terpenting untuk diungkap sebagai refleksi dalam isro miraj, yaitu melacak kembali pesan-pesan profetik yang dikandungnya. Diantara yang relevan adalah Hukum-hukum fisika yang berperan dalam mengungkap keajaiban Isro dan Miroj.
Pertama, Isro berarti perjalanan Nabi Muhammad SAW dari masjidil Haram (mekkah) ke Masjidil aksa (Palestina) yang hanya ditempuh sekejap mata. Dalam Fisika "Besaran" adalah sesuatu yang mempunyai nilai dan satuan sehingga untuk menyatakan besaran waktu harus secara kuantitatif,bukan dengan jawaban "sekejap mata". Dengan asumsi kecepatan muhammad sama dengan kecepatan "MALAIKAT JIBRIL" yaitu 300.000 km/detik (kecepatan cahaya), dan jarak masjidil haram - masjidil aqsa 1500 km maka dengan kinematika diperoleh :
t =s/v = 0,005 detik, sekejap mata bukan?
Kedua, Miroj yaitu perjalanan nabi MUhammad dari masjidil aqsa ke sidratul muntaha dimana Beliau menperoleh wahyu sholat 5 kali yang semula 50 kali dalam sehari. Dalam perspektif sains, jumlah 50 menjadi 5 kali berarti ketika Nabi Muhammad mendapat wahyu beliau berada disuatu tempat ( bukan di bumi) dimana telah mengorbit bumi 10 kali (melihat matahari terbit-terbenam) 10 kali juga dalam sehari sehingga sholat disana menjadi 50 kali, tetapi ketika beliau kembali ke bumi dimana hanya melihat matahari terbit dan terbenam 1 kali dalam sehari maka Beliau hanya mengerjakan sholat 5 kali dalam 1 hari. Jadi bukan karena Muhammad melakukan penawaran terhadap Tuhan sehingga menjadi 5 kali tetapi semata-mata karena dimensi yang berbeda antara wahyu yang diperoleh dengan praktek ketika beliau kembali ke Bumi. Allahu'alam.
ditulis oleh : Untung Sutejo, guru fisika SMA 1 Bantarbolang Pemalang
ditulis oleh : Untung Sutejo, guru fisika SMA 1 Bantarbolang Pemalang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar