Aplikasi tersebut bersifat portable, sehingga tidak akan membebani kinerja komputer kita. Bagi kawan yang menginginkan aplikasi ini bisa mengunduh melalui link di bawah ini.

tutorial untuk download klik di sini
![]() |
http://paulparno.blogspot.com |
Kita juga bisa coba melihat areal Indonesia dengan Google Earth. Kita bisa menjelajahi Indonesia bak pesiar ke seluruh pelosok tanpa perlu melangkahkan kaki sedikitpun. Dari ketinggian 2950 miles (4764 km) rentang kepulauan Indonesia terlihat menawan. Pulau-pulau besar dan kecil bak mosaik yang menghiasi lautan biru khatulistiwa. Ceruk dan palung dasar laut tampak pula merentang di antara pulau-pulau kita.
Bagi kawan yang tertarik dengan Google Earth, bisa mengunduh secara pada tautan yang tersedia di bawah ini. Semoga bermanfaat yach??
tutorial untuk download klik di siniIlmuwan Antonio Ereditato yang berpartisipasi dalam eksperimen Eropa dalam kapasitasnya sebagai Kepala Albert Einstein Center fo Fundamental Physics di Bern, tahu apa yang harus dipertaruhkan. Pihaknya pun menggelar pertemuan dengan para ilmuwan lain yang tak terlibat, pada Jumat (23/9).
Selama dua jam, timnya menjawab pertanyaan-pertanyaan teknis yang tajam dan skeptis dari para penonton. Eredito ditanya, mengenai ide bahwa timnya mempertanyakan dan cenderung menentang santo sekularnya fisika modern. “Betul, itulah yang saya khawatirkan,” ujarnya setengah tertawa, setengah serius.
Seperti apa sebenarnya teori baru hasil kolaborasi risey National Institute for Nuclear and Particle Physics Research Prancis dan Gran Sasso National Laboratory Italia ini? Ilmuwan menembakkan sinar neutrinos sejauh 730 km dari Jenewa (Swiss) ke Italia.
Cahaya itu menempuh 60 nanodetik lebih cepat ketimbang cahaya atau 60 pangkat miliar detik, ukuran waktu yang tak bisa ditangkap otak manusia. “Seperti melihat kacang, tapi bukan kacang. Ini sesuatu yang bisa kita ukur secara akurat, meski ada setitik keraguan,” kata Ereditato.
Ratusan ilmuwan memadati auditoriam CERN, European Organization for Nuclear Research di perbatasan Swiss-Prancis, untuk mendengar paparan percobaan ini. Bahkan fisikawan di tim penguji pun skeptis, karena hasilnya seperti melanggar teori alam yang diketahui manusia.
Lebih cepat ketimbang cahaya, berdasarkan teori relativitas Einstein pada 1905, tak seharusnya terjadi. Kecepatan cahaya yang 299.792 km per detik, telah lama dianggap sebagai batas kecepatan kosmik. “Jika ada partikel yang lebih cepat, pasti mengejutkan semua orang. Termasuk kami,” lanjutnya.
Terdapat catatan panjang sejarah hasil eksperiman yang mulanya berlawanan dengan relativitas. Namun tak lama terbukti, malah cocok dengan teori Einstein yang simpel dan elegan. “Menentang Einstein merupakan langkah berbahaya,” ujar fisikawan AS, Rob Plunkett, yang pernah mencoba eksperimen serupa dan kini hendak menguji teori baru tersebut.
Bahkan Einstein pun pernah salah pada 1929, saat menyebut teori kosmologi konstannya sebagai blunder terbesar. Ia memperkenalkan teori relativitas sebagai kekuatan yang mencegah kolapsnya alam semesta. Pada 1998, temuan baru menunjukkan alam semesta memang menambah kecepatannya dan teori Einstein tak blunder.
Sejarawan sains Harvard University, Peter Galison mengatakan, teori relativitas Einstein tak jauh beda dengan teori fisika sains lainnya. “Teori-teori ini selalu mendapat tantangan dan sejauh ini, mereka semua bertahan,” ujar Galison.
Hasil penelitian Ereditato dan kawan-kawan masih belum diterima karena harus dikaji secara independen, kemungkinan oleh tim ilmuwan Amerika Serikat (AS) atau Jepang. Jika mereka benar dan hasilnya diterima, maka seluruh dunia harus menulis ulang seluruh teori fisika modern.
Fisikawan City College dari New York, Michio Kaku menyatakan, teori baru itu merupakan tantangan terbesar teori relativitas Einstein dalam 100 tahun terakhir. “Saya meragukan (penelitian itu). Einstein selalu selangkah di depan. Namun kali ini, yang dibahas adalah percepatan partikel di dunia yang memahami penyimpangan relativitas,” pungkasnya