Jika mendengar senjata pemusnah massal, yang terbayang pasti di seputar senjata Nuklir yang telah menghancurkan 2 kota di Jepang, Hisroshima dan Nagasaki. Kekuatan senjata Nuklir memang diakui keampuhannya dalam meluluhlantakkan lingkungan di sekitar ledakan, apalagi manusia!
Ketakutan akan senjata Nuklir inilah yang menyebabkan hebohnya dunia Timur Tengah karena Iran telah mengembangkan teknologi Nuklir, yang notabene untuk kepentingan sipil dan energi Iran. Selain Nuklir sebenarnya senjata pemusnah massal lainnya senjata Biologi dan Kimia, yang sebelumnya menjadi alasan Amerika memerangi negara Irak.
Terlepas dari masalah politik di atas, penulis mencoba menguraikan, senjata-senjata pemusnah massal dalam Qur’an. Tulisan ini bukan merupakan tafsir ayat-ayat Qur’an, karena bukan bidang keahlian penulis. Apa sajakah itu...?
a. Batu sebagai Pemusnah Massal
Dalam akhir surat al Fiil, diceritakan bahwa pasukan abrahah (beserta bala tentara canggihnya di Zaman itu) luluh lantak akibat burung Ababiil, yang mana sebagian ahli tafsir menyatakan batu2 yang dijatuhkan oleh burung2 itu berasal dari neraka. Pendapat lainnya menyatakan batu2 tsb berasal dari bahan radioaktif yang menyebabkan pasukan Abrahah menjadi seberti daun yang dimakan ulat.
Kemungkinan lainnya, ayat Qur’an yang menyatakan “apabila laut dipanaskan” menunjukkan bahwa dasar laut yang dalam mengandung bahan2 yang bisa memanaskan air laut. Para ahli Fisika Nuklir menyatakan, di bawah tekanan yang besar, Hidrogen bisa menjadi Hidrogen Berat, yang merupakan bahan Bom Hidrogen (dengan kekuatan 700x Bom Atom). Terdapat isyarat2 yang menyatakan kemungkinan nuklir di dalam Qur’an.
b. Suara sebagai Pemusnah Massal
Di dalam al Qur’an, terdapat beberapa ayat yang menceritakan penghancuran umat-umat terdahulu yang durhaka akibat suara. Kaum Tsamud, kaum Luth dan penduduk Aikah (menentang rasul-rasul).
"Adapun kaum Tsamud, maka mereka telah dibinasakan dengan kejadian yang luar biasa“. (Q.S. 69. Al Haaqqah : 5).
Dalam keterangan tambahan yang dimaksud dengan kejadian luar biasa itu ialah petir yang amat keras yang menyebabkan suara yang mengguntur yang dapat menghancurkan.
“Tidaklah yang mereka tunggu melainkan hanya satu teriakan saja yang tidak ada baginya saat berselang“ (Q.S. 38. Shaad : 15).
Di dalam ayat yang lain disebutkan:
“Tidak ada siksaan atas mereka melainkan satu teriakan suara saja; maka tiba-tiba mereka semuanya mati” (Q.S. 36. Yaasiin : 29).
“Mereka tidak menunggu melainkan satu teriakan saja yang akan membinasakan mereka ketika mereka sedang bertengkar”.
Kaum Tsamud yang pandai memahat rumah-rumah dari gunung-gunung batu (yang didiami) merasa aman (dengan apa yang mereka bangun).
“maka mereka dibinasakan oleh suara keras yang mengguntur di waktu pagi” (Q.S. 15. Al Hijr : 83).
“Maka dimusnahkanlah mereka oleh suara yang mengguntur dengan hak dan Kami jadikan mereka (sebagai) sampah banjir maka kebinasaanlah bagi orang-orang yang zalim itu”. (Q.S. 23. Al Mu’minuun : 41)
“Dan satu suara keras yang mengguntur menimpa orang-orang yang zalim itu, lalu mereka mati bergelimpangan di rumahnya”. (Q.S. 11. Huud : 67).
“Maka mereka dibinasakan oleh suara keras yang mengguntur, ketika matahari akan terbit”. (Q.S. 15. Al Hijr :73).
“Dan tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Syu’aib dan orang-orang yang beriman bersama-sama dengan dia dengan rahmat dari Kami, dan orang-orang yang zalim dibinasakan oleh satu suara yang mengguntur, lalu jadilah mereka mati bergelimpangan di rumahnya“. (Q.S. 11. Huud : 94).
“Sesungguhnya Kami menimpakan atas mereka satu suara yang keras mengguntur, maka jadilah mereka seperti rumput kering (yang dikumpulkan oleh) yang punya kandang binatang”. (Q.S. 54. Al Qamar : 31)
Dengan teriakan ini, kaum durhaka terdahulu dimusnahkan Allah Swt dengan suara, tetapi apakah suara biasa yang bisa memberi efek penghancuran? Tentu saja tidak. Ditinjau dari ilmu Fisika, suara-suara yang bisa di dengar manusia berada pada rentang frekuensi 20 Hz - 20.000 Hz. Di luar rentang frekuensi ini manusia tidak mampu mendengarnya, seperti suara semut, kepakan sayap lebah dan lainnya.
Contoh konkrit suara yang memiliki energi tinggi (baca daya hancur) adalah suara dari pesawat supersonik yang bisa bergerak lebih dari 3 kali (march 3) kecapatan suara (l.k. 1000 m/s), dan pesawat tempur (bisa march 4). Jika pesawat-pesawat ini terbang rendah, akan menghancurkan kaca2 gedung yang dilewatinya. Jika amplitudo suara ini diperbesar, kemungkinan akan memberikan daya hancur yang lebih. Energi gelombang (dalam hal ini bunyi), sebanding dengan Intensitasnya dan sebanding dengan kuadrat amplitudonya.
Pada kehidupan sehari2, suara bising saja sangat mengganggu apalagi suara petir (guntur). Dalam ayat2 di atas, dinyatakan bahwa suara2 yang menghancurkan kaum Tsamud sangat “mengguntur”, bahkan “tidak berselang“. Dinyatakan pula bahwa terjadinya di saat tenang, yaitu menjelang pagi (habis subuh).
c. Angin Sebagai Pemusnah Massal
Kaum ‘Aad dimusnahkan dengan angin panas.
“Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, berkatalah mereka: “Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami.” (Bukan!) bahkan itulah azab yang kamu minta supaya datang dengan segera (yaitu) angin yang mengandung azab yang pedih”.
(Q.S. 46. Al Ahqaaf : 24)
Angin pada kelembaban tertentu, merupakan keadaan yang sangat menyenangkan. Namun jika angin mulai panas, maka selain kebaikan terdapat pula efek negatif yang dimilikinya. Angin yang berhembus memiliki energi yang dapat dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik misalnya. Jika terjadi perubahan iklim yang mengglobal, angin akan menjadi panas, dan pada tingkat tertentu manjadi pemusnah massal bagi daerah yang dilaluinya.
Gelombang panas yang melanda negara-negara besar merupakan salah satu dari efek pemanasan global, akibat ulah manusia terhadap lingkungan. Jika dahulu kaum ‘Aad dimusnahkan secara serentak, sebenarnya saat ini umat manusia merasakan aba2 untuk menyikapi diri. Dalam ilmu Fisika, angin adalah udara yang bergerak, sementara secara Kimia, kandungan terbesar udara terdiri dari gas oksigen (O2), Nitrogen (N2), Ozon (O3) dan lainnya. Dalam bahasa sehari2 O2 adalah api, jika komposisi udara berubah sedikit saja, sebenarnya peluang pembakaran (pemusnahan) manusia sedang dibuka.
ditulis oleh: Pandapotan Harahap, M.Pd.